Santunan Lele Busuk


Kau dan adikmu hanya memiliki ibu, sementara ayahmu telah meninggalkan dunia dalam damai. Kau dan adikmu menjadi anak yatim. Tapi, dunia ini masih baik terhadap kalian. Ada yang memberi bahan pokok seperti: beras, mie, telur, dan lainnya. Terkadang ada yang memberi kalian uang untuk memenuhi kebutuhan.

Di hari itu ibumu sakit, ia tak bisa mencari barang-barang bekas untuk dijual. Uang hasil kerjamu sebagai pengajar ngaji harus dipakai membayar kontrakan yang kian hari makin mahal. Perut adik perempuanmu berbunyi keroncongan dan kau kebingungan.

Di gentong penyimpanan, beras hanya tersisa setengah liter saja. Setelah dicuci bersih, kau lalu menanaknya di atas tungku. Kau meniup api agar tak padam, lama-lama wajahmu jadi hitam terkena asap.

"Kita makan dengan lauk apa ya Mas?" tanya Siti, adikmu satu-satunya.

"Kamu coba cari bayam di belakang, siapa tau belum dimakan ayam tetangga!"

Siti menemukan lima tangkai bayam yang masih utuh, ia lalu mencuci dan memberikannya padamu. Kau lalu merebusnya dan menambahkan sedikit garam. Seumpama mie dan telur masih ada, pasti takkan repot mencari lauk untuk makan.

Tiba-tiba pintu diketuk, kau agak terkejut. Adikmu membukakan pintu segera, dari raut mukanya sangat gembira. Ia lalu berterimakasih dengan orang itu. Kau lekas mendatangi Siti untuk bertanya, "Ada apa tadi?"

"Bu Imas, baru saja memberi kita sekantong lele. Katanya sisa panen Mas."

"Coba kamu buka! Nanti kita goreng untuk tambahan lauk."

Siti membukanya dengan suka ria, tapi perlahan raut wajahnya jadi masam. "Kok baunya agak aneh ya Mas, beneran nih kita masak?"

"Coba Mas lihat." Kamu yang penasaran membukanya lebar-lebar, ada tiga buah lele berukuran sedang dan berbau menyengat.

Kamu memilih memasaknya, lalu bagian yang sudah tak bisa dimakan langsung kamu buang. Kau membuat sambal yang cukup pedas untuk menetralisir lauk kurang sedap itu. Semuanya selesai, kau, ibu, dan adikmu memutuskan makan siang bersama.

"Kok perut ibu jadi mules begini ya?" tanya ibumu merasa aneh.

"Mungkin ibu kebanyakan makan sambal!" katamu beralasan.

"Tapi, ibu tadi nggak makan sambal sama sekali ... Sudahlah, ibu mau ke kamar mandi dulu!"

"Bu cepetan, ini Siti ikutan mules!"

Kamu bingung dengan apa yang terjadi. Setelah berpikir, kamu menyimpulkan bahwa ini akibat memakan lele busuk. Kau tidak makan sedikit pun, karena memang kamu tidak suka makan ikan sejak bayi.

Kau mengambil beberapa helai daun jambu biji di belakang rumah. Lalu merebusnya dan meminta ibu beserta adikmu untuk minum. Kau lega, saat perut keduanya terasa lebih membaik.

"Bu, Andi minta maaf. Jika tadi tak mengolah lele busuk. Pasti kejadiannya tidak begini."

"Nggak apa-apa, sekarang ibu kan sudah enakan." Ibu mengelus rambut kalian berdua. "Seumpama Bu Imas memberi lele lagi, biar ibu yang akan menolaknya!"

"Jangan Bu! Nanti orangnya tersinggung."

Ibumu memilih pergi dan menonton televisi. Kau dan Siti juga ikut duduk untuk menikmati. Tak terasa malam pun datang dan kalian semua akhirnya tidur. Ibu dan adikmu di ranjang depan tivi. Sementara kamu di kamar tidur bekas bapakmu dulu.

*****

Siang itu, kalian mendapat santunan berupa beras dan uang. Kalian semua cukup bahagia, tak perlu repot memikirkan makan apa. Membeli telur, ayam, atau sayuran di pedagang keliling sudah cukup.

Bu Imas kembali datang ke rumah. Sama seperti kemarin, kerudung panjang dengan baju muslimah tak pernah lupa dikenakan. Ia selalu datang sendiri, sang suami masih mengajar sebagai dosen di Madrasah Aliyah terdekat. Bu Imas menyodorkan sebuah kantong hitam, baunya yang tak sedap langsung membuatmu paham. Kau menerimanya begitu saja. Setelah orangnya pergi, kau langsung membuangnya ke samping rumah. Membiarkan lele-lele itu dimakan kucing nantinya.

"Mengapa kamu tak menolaknya saja?" tanya ibumu dengan wajah cukup kesal.

"Suaminya sudah baik pada kita Bu. Setiap bulan memberi kita jatah beras 10 Kg."

"Ah sudahlah, ibu malas debat denganmu."

*****

Kau berjalan ke samping rumah untuk menjemur pakaian. Kau merasa lucu melihat lele busuk itu masih utuh, berarti kemarin tak ada satu pun kucing yang mau mendekatinya. Dalam batinmu, 'Kucing saja tak mau makan, apalagi manusia'

Di suatu sore, Pak Mashud datang ke rumahmu. Mengundangmu datang ke walimatul pernikahan putrinya selepas magrib. Kau datang ke rumah Pak Mashud yang dihias dengan cantik. Setelah acara doa bersama, kau pulang membawa satu kantong nasi kotak dan jajanan tradisional (Jadah, jenang, lumpia, apem, nagasari).

Kau menikmati semua itu bersama adik dan ibumu. Sambil menonton acara televisi, lambat laun kantuk mulai menyerang. Kalian memutuskan untuk segera tidur.

Tak lama suara pintu terdengar diketuk, membuat ibumu kembali bangun. Bu Imas tersenyum dan mengulurkan sekantong ikan lele, tapi ibumu menepisnya dengan halus. "Maaf Bu Imas, saya tidak bisa menerimanya. Ikannya sudah tak layak dimasak."

"Lho, lele-lele ini masih baik kok Bu."

"Aromanya saja sudah busuk begitu Bu."

"Ini santunan dari saya lho Bu. Kok malah ditolak, nggak baik."

"Maaf Bu. Ibu bawa pulang saja! Atau diberikan pada orang lain," kata ibumu sambil membekap hidung. Setelah Bu Imas pergi, ia segera masuk dan menutup pintu rumah.

*****

Sudah dua bulan, Bu Imas tak pernah lagi memberikan lele ke rumahmu. Dari kabar yang beredar, ia telah meninggal dalam sebuah kecelakaan. Kau dan adikmu merasa terkejut mendengarnya. "Innalillahi Wa Innailaihi Rajiun."

"Tapi yang sangat aneh, saat penguburan beliau keluar bau yang sangat busuk," kata Bu Darmi tetanggamu, setelah itu ia pergi.

Ibumu tiba-tiba menyahut, "Bagaimana tidak busuk, ibu yang memasukkan 2 kantong lele mati ke liang kuburnya waktu itu. Hahaha."

"Ibu kok tega banget sih?" tanyamu penuh kecewa.

"Juragan ikan busuk ... Santunan lele busuk ... Kuburannya bau busuk," sorak ibumu berulang kali.

2 Januari 2023

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nyrtea

Glowing Maximal Tanpa Menguras Dompet Berlebih Manfaat untuk kesehatan kulit: - Mencegah penuaan dini - Mempercepat proses penye...